Senin, 20 Desember 2010

Hari Ke 99

Hari ke 99

Menapaki kembali mimpi yang telah lama kutinggalkan....
Sebenarnya banyak yang ingin tetap ku jadikan mimpi yang mengembang di tiap tidur
Tapi dimana aku akan letakkan mimpi itu jika semua telah penuh dengan mimpi....
Sederhana sebenarnya mimpi itu...
Bagaimana aq masih bisa bermimpi lagi....

Sering memang pertanyaan yang jadi jawab sebenarnya..
Bahkan jawaban yang kembali menjadi pertanyaan.

Hari ini hari ke 99 dimana aq harus tersadar kembali .
Bahwa diri ini harus benar-benar tersadar.

Kini kuurutkan kembali jejakku
Kupandangi guratan di tanganku
Hanya kulai genggaman ini

Kupandangi lagi ...
Kuraba lagi...
Kurasakan lagi...
(sementara benakku bertarung sendiri dengan nuraniku).

Perlahan kupejamkan mata
Biar kantukku tak datang menerjang...

Rabu, 15 Desember 2010

Anakku


Anakku
Maafkan ayahmu pelita hatiku
Karena tiap harapmu tak slalu aku bisa hadirkan di depanmatamu.
Karena tiap inginmu tak selalu lebarkan senyummu

Anakku pelangi jiwaku
Selagi kau tidur kupandangi setiap tarikan nafasmu
Kujaga lelapmu, kuhapus kerut dahimu ketika kau mengigau
Ku relakan kantukku tuk terus menjagamu agar kau segarhadapi harimu esok

Anakku batas bahagiaku
Tawamu adalah orkestra terindah di mayapada ini
Genggaman mu sehalus sutera yang mampu meluluhkan segalaamarahku
Tatapmu sebening embun yang menyegarkan semua resahku

Anakku cahaya kalbuku
Tak mampu sedetikpun palingkanku pada apapun
Sakitmu sembilu yang menghujam bahagiaku
Jangan menangis ...walau setetespun
Karena ribuan gundah akan menghantamku
Sehatlah selalu
Tertawalah sebebas elang di langit

Medio agustus 2010

Kertas Putih


Selembar kertas berkata :
torehlah diatasku deretan huruf yang ciptakan bahagia
warnailah putih salju diriku dengan keceriaan
bentuklah aku jadi origami yang bagus tuk anakmu

bakarlah aku jika diatasnya kau susun sumpah serapahmu ,
remaslah aku jika kau tumpahkan nafsu amarahmu pada putih saljuku


kalau kau tak bisa susun k...ata dengan baik.
biarkanlah aku tetap menjadi selembar putih salju ....

Sabtu, 14 Agustus 2010

karya siswa

Antologi Puisi
Kelas XI Bahasa


Pencerahan
Adalah sebuah kesadaran yang muncul melalui proses, format baru yang lahir karena timbulnya cahaya yang bersinar terang dari nurani,Sebuah muara yang selalu belabuh dipantai keteduhan dan keimanan illahi.Terangnya meluncur deras dari arasyi bersemayam dengan lembut di hati
PRAKATA
Assalamu’alaikum.wr.wb.
Allhamdulilah senantiasa kita ucapkan dari lubuk hati dengan penuh ketulusan, disertai rasa syukur yang tak henti-hentinya bergema dalam sanubari.
Antologi puisi karya siswa kelas XI Bahasa ini mengambil tema religi karena sesuai dengan bulan Ramadhan ini.
Dari tema ini kemudian lebih mengerucut lagi menjadi topik bahasan yaitu PENCERAHAN. Artinya Ramadhan sebagai kawah candradimuka akan menimbulkan kesadaran lebih baik lagi , khususnya bagi para siswa. Sebuah progres keimanan, kesadaran sosok manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kesadaran individu untuk lebih mengerti eksistensi diri, mengapa kita diciptakan, mengapa kita ada.
Melalui lapar kita mengerti butir-butir nasi yang kita makan tiap hari adalah kenikmatan dan karomah yang tak terhitung, melalui dahaga kita tahu kerontang keimanan akan terasa lebih mencekik leher kita jika dibanding kesegaran minuman yang tanpa berkah.
Banyak karya para siswa telah menggunakan unsur estetika puisi, melalui diksi, tipografi dan sense yang sudah bagus. Majas , rima, dan pencitraan yang sudah terlihat, meski sebagian besar masih menggunakan bentuk transparan dan masih kurang dalam penggunaan bahasa kias, simbol dan analogi-analogi yang bisa memperindah diksi. Bahkan beberapa lupa memberikan judul untuk puisinya.
Tapi itu tak berarti jika dibandingkan dengan semangat dan orisinalitas karya mereka, karena mereka membuatnya dengan tanpa melihat karya sejenis. Muncul dari perenungan yang secara spontanitas mudah digali karena sesuai dengan situasi dan kadar getaran cahaya putih keimanan yang insyaallah pada bulan ramadhan ini memancar kuat dari hati mereka.
Tentu saja karya ini hanya sebatas karya jika tetap disimpan , tanpa pernah direnungi kembali. Karya sastra itu dulce et utile artinya pasti memiliki makna dan kegunaan, dan semoga seperti apa yang dikatakan A.A. Teuw bahwa sastra itu merupakan cerminan masyarakatnya. Semoga karya ini
Mama . . . Papa . . .

Bulan nan suci ini kita berkumpul lagi
Tak seperti dulu yang kita lakukan bersama
Di saat sahur, buka, bahkan sebulan penuh
Kita lalui bersama .

Mama . . . Papa . . .
Ingin ragaku berkumpul bersama mu
Kan ku tunjukan kepadamu
Kalau aku akan menang Ramadhan ini
Tak seperti Pertandinganku di masa lampau
Yang selalu kalah di medan Ramadhan

Mama . . . Papa . . .
Kali ini kau bernafas di Pulau Sebrang.
Jauh dari pandanganku sekarang
Menggali rahasia demi sahur dan buka anak-anakmu
Mama . . . Papa . . .
Kali ini aku bertekad tak mengecewakanmu
Dengan kalah di medan Ramadhan
Kan ku menangkan Ramadhan kali ini
Guna melihatmu bangga dengan kemenanganku
Dan saat kau pulang nanti kita akan merayakannya bersama
di hari kemenangan.

Akhmad Tri Nurul Mustafa



PADA SENJA RAMADHAN
AKU MENULIS
Aku manusia
Berlumur dosa
Berwaktu-waktu
Hingga aku
Melupakan diri-Mu
Aku bermandikan darah
Berlulurkan nanah
Disebuah diskotik
Pusat kota
Perlahan
Racun dalam tubuh
Mulai memasuki Rimba darahku
Hingga aku,
Lupa akan diri-Mu
Menyebut nama-Mu
Mengagungkan-Mu
Bahkan
Berdiripun aku tak Mampu
Ya Tuhan,
Tolong aku , dari kegelapan
dari kekisruhan
dari kenikmatan dunia
yang hanya sekejap mata
Ya Tuhan,
Aku ingin
Aku berharap
Engkau mengampuniku
Engkau menerimaku
Sebagai Hambamu yang saleh
Ya Tuhan,
Pada senja ini
Pada bulan berkah ini,
Hatiku bergetar
Menerjang terjang
Melanglang buana tak karuan
Aku takut akan pedihnya siksamu
Cambukan-Mu
Ular-Mu
Api-Mu
Kolam darah-Mu
Sungai Nanah-Mu
Hingga,
Api jahanam yang
Menjilat-jilat kelaparan
Aku hanyalah makhluk biasa
Tak ada daya upaya
Melawan kejamnya
Derasnya, ganasnya
Dunia ini.
Oh, Tuhan
Beri aku waktu sejenak
Untuk menangis, menyesal
merenungi dan memperbaiki
segala kesombongan
Amarah, nafsu setan
dan jiwa yang biadab
Sungguh,
Aku berhati batu
Ribuan orang menegur
Mencaci, memaki, mengucil
memukul, hingga membunuh
Tapi,
Kenapa aku tak hiraukan
Apakah waktu itu
Iblis memasuki tubuhku ?
Hingga,
Pada senja Ramadhan ini
Aku menangis padamu
Karena aku
Hanyalah, makhluk tak berdaya

Arif Rahman
HAPUS SANG HITAM

Harapan macam apa . . .
Yang ada di dunia ini
Harapan seperti apa ???
Yang tersimpan di bentuk fana ini.
Harapan itu ada di kalbu
Harapan itu milik sang khaliq
Harapan itu akan kita dapat
Hapus sang hitam, hapung sang dosa . . .
Hanya itu . . . dan cuma itu.
Coba ingat . . .
Berapa dosa yang kita buat
Berapa kali kita maksiat
Dan apa yang kau dapat ???
Tak ada kan !!!
Dan pasti tak ada . . .
Hapus sang hitam, hapus sang dosa . . .
Hanya itu . . . dan Cuma itu
yang kita butuhkan
Hanya itu . . . dan Cuma itu
yang akan menyelamatkan
Hanya itu . . . dan Cuma itu
yang harus dilakukan
Hapus sang hitam
Ia sang dosa

Budiyanto



Kesadaran
Masa lalu . . .
Masa lalu yang begitu suram
Telah terjadi dalam hidupku
Sesat tiada arah
Sesal tiada arti

Kini kusadari . . .
Kesenangan dunia hanyalah sesaat
Kesenangan yang membawa kesengsaraan

Dan aku tahu. . .
Hanya kepada sang Ilahilah aku bersandar
Dan aku tahu . . .
Bahwa kesadaranlah yang membawaku pada kesenangan
Kesenangan yang tak terbatas

Doni Riskiana





. . . . . . .
Kunanti hari kesucian
Hari yang berkah
Berkah dari sang illahi
Bukan hari untuk berkelahi
Di dunia kita hanya sebentar
Ibarat kita minum dan makan
Dan janganlah kita tawuran
Menderkan kekayan alam
Tetapi berbuat kebaikan
Tanpa berkeluh kesah
Di bulan ramadhan
Di bulan yang penuh ampunan
Bulan kesucian telah datang
Untuk kita tunaikan ibadah
Ibadah puasa Ramadhan
Marhaban ya Ramadhan
Puasa penuh keberkahan

Davita Kumala Sari

AMPUNI AKU TUHAN

Ampuni aku Tuhan
Aku yang telah berpaling dari-Mu
Dosa-dosa yang tlah ku lakukan
Bak butiran-butiran pasir di hamparan lautan

Ampuni aku Tuhan
Ibu yang tlah melahirkanku
Ibu yang tlah mengasihiku
Menangis karena ku

Ampuni aku Tuhan
Aku yang tlah bersalah pada –Mu
Aku yang dikeseharianku
Hanya melanggar dan melanggar larangan-Mu

Kini tuhan
Aku bersujud pada-Mu
Aku memohon ampunan-Mu
Ampuni aku Tuhan

Dessy Ratnasari
Kau berbuat seenakmu, sesukamu
Tanpa menghiraukan orang lain, menyakiti banyak insan
Tak bersyukur apa yang telah Tuhan berikan kepadamu
Di mata mereka kau adalah seorang jahanam
Tuhan perlihatkan suatu yang tragis
Membuatmu tersentuh dan menanangis
Di kala sunyi dan senyapnya malam
Kau termenung dalam diam
Berdiam diri merenungi segala kesalahan yang telah kau buat
Kau sadar atas pencerahan dari tuhan
Kau meminta maaf pada-Nya
Sungguh, sangat besar keagungan Tuhan
Maha pengampun semua dosa umatNya
Dewi P

DOSAKU

Nongkrong di pinggir jalan
Memegang arak di tangan
Mabuk-mabukan berbuat dosa
Tanpa memikirkan ini bulan apa

Ini bulan puasa
Bulan yang penuh keberkahan
Aku tak peduli
Ku hanya memikirkan kenikmatan sendiri
Tapi kini ku telah sadar
Ku telah berbuat banyak dosa
Aku ingin kembali ke jalan yang benar
Aku ku hapus semua dosa

. . . .

Doni Setiawan




SYAWAL-RAMADHAN-SYAWAL

330 hari kita berjalan dengan kebebasan penuh kelengkapan
Telanjang
Berteriak
Melotot
Terserah
Tapi , . . .
Selama 30 hari dari timur hingga barat
Kita berjalan tanpa mata, telinga, hati, mulut dan perut
Kurang . . .
Kurang . . .
Kurang . . .
Dosa kita mulai berkurang, di gerogoti pilar-pilar pahala
Pupus . . .
Pupus . . .
Pupus . . .
Nafsu mulai pupus, terhembus angin surga
Leleh . . .
Leleh . . .
Leleh . . .
Marah kita mulai leleh, tersiram air kesejukan
Diri kita habis, hilang tanpa bekas sampai hari ke-30
Kita lahir kembali, putih, bersih dingin, pada hari
Kosong . . .
Kosong . . .
Kosong . . .
Dosa kita mulai kosong, tertutup pahala
Hampa . . .
Hampa . . .
Hampa . . .
Nafsu kita telah hampa, terbawa . . .
Nol . . .
Nol . . .
Nol . . .
Marah kita Nol . . .
Bagai kepala bayi yang keluar dari rumahnya
Nikmatnya . . . bulan yang penuh ampunan untuk menanti kemenangan

Dwi Anggoro A



MEMOHON AMPUNAN

Tuhanku . . .
Di sini aku termangu
Akku ingin selalu
Biarpun terpisah jarak dan waktu
Tuhanku . . .
Di sini aku memohon ampun kepadaMu
Atas segala dosa dan noda
Di atas hidupku di dunia
Tuhanku . . .
Engkaulah sang pemberi ampun
Atas segala apapun yang telah aku lakukan
Astaghfirullahhal ‘azim
Tuhanku . . .
Aku hidup bagai api lilin .
Suatu saat akan lenyap ditelan angin
Dan akan diminta segala pertimbangan hidupku
Tuhanku . . .
Engkaulah sang maha pemberi ampun
Ampunilah segala perbuatanku
Yang selalu menyimpang dari aturanmu

Dwi Ari Q

ALLAH , BERI AQ KESEMPATAN

Segala yang ada pada dalam diri ku
Aku sadari bahwa semua itu Milik-Mu
Mata untuk melihat
Tangan untuk memegang
Kaki untuk berjalan
Akal untuk berfikir
Tetapi, diriku menyalahgunakan ciptaan-Mu
Dosa kah Aku Yaa Allah . . . . Salahkah aku

Ya . . . Allah . . .
Kini kusadari semua kesalahan-kesalahan ku ini
Kusadari aku menyalahgunakan anugrah-Mu ini
Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi esok hari
Ampunilah aku ini

Ya . . . Allah
Beri aku kesempatan untuk menuju jalan lurusmu
Beri aku waktu untuk bertaubat kepada-Mu
Aku malu kepada-Mu

Enggar Yazid S

a hari yang begitu panas

Menahan haus dan lapar
Menahan hawa nafsu
Mereka berbondong-bondong ke masjid

Untuk apa mereka menjalani semua itu !!
Mereka begitu karena ??
Karena ingin mensucikan dirinya
Bukan ??
Lantas untuk apa mereka ??
Mungkin hanya untuk pamer
Esti Nurani

PENYESALAN

Di dalam kehidupanku
begitu banyak kesalahan-kesalahan
yang tak sengaja aku lakukan
Yach
Kesalahan yang begitu fatal
Kadang aku berfikir
mengapa aku bisa sebodoh itu . . .
Hhh . . .
Sengsara bila ku ingat
Menangis bila teringat . . .
Sungguh dalam hidupku
Aku takkan
Kembali mengulang . . .
Sungguh dalam diriku
aku takkan pernah terjerumus
pada satu lubang yang sama
Hhh . . .
Taubat . . . Taubat . . .
Dan Taubat
Kini aku menyesal atas segalanya
dan hanya taubat yang bisa aku lakukan . . .
Karena penyesalan
takkan ada gunanya
bila aku tak bisa . . .
merubahnya menjadi indah
FITA



AKU – HIDAYAH-MU

Hidupku penuh sesat
Setiap petang ku jajakan bungaku
Tak ku hiraukan
Suara merdu
Tak ku lakukan
Senam indah
Bangga akan dosaku
Remang-remang tempatku
Anjing-anjing kawanku
Menyentuh setiap senti bungaku
Yach . . .
Apakah dayaku
Itu yang aku mampu
Ku kantongi daun-daun emas
Daun-daun emas yang dapat meneruskan nafasku
Ya Allah . . .
Kau buka pintuku
Pintu yang sengaja ku tutup
Bulan suci jembatanku
Berjalan lurus di jalan-Mu
Terima kasih
Ya Allah
Kau berikan setitik cahaya-Mu
Saat Aku
Di ambang kehancuran

Ika Sri Wahuni


KERUDUNG SURGAWI

Suara deruan mengalun-alun mengagungkan
Allah, Namanya yang begitu elok
Selalu bersemayam di dada kaum berkerudung islami itu
Simbol yang selalu melekat di kepala kaum hawa
Dan saat ku malu dan terenyuh
Sepanjang jalan hidupku yang gelap tertoreh
Benih-benih dosa mulai tumbuh
Seiring dengan ketidaktahuanku tentang-Nya
Malam-malam penuh dengan kemelut
Yang telah menyaksikan kebisuan bibirku,
Kebutaan mata hatiku dan kelumpuhan tubuhku
Yang berbeda dari kaum berkerudung islam itu
Dan . . . kakiku terasa berat melangkah ke rumah
Suci itu, karena aku memang beda
Tapi . . . aku seperti pengembara yang singgah
Yang melepas lelah sejenak kemudina menjelajah lagi
Dan tempat persemayamku terhenti
Di jalan yang tidak berbuntu
Semoga setitik air keikhlasanku
Menjadi butir-butir indah
Yang membawa aku sampai ke surga
Laela Kurniasari







Aku . . .
Aku adalah anak manusia
Aku anak yang nakal
Dalam dirikku
Hanya ada kebohongan
Selalu begitu . . .
Tak pernah aku menuruti kata hatiku
Tak ku pedulikan jeritan malaikat penjagaku
Yang menangis, meratapi semua kelakuanku
Aku . . .
Kadang aku begitu bodohnya
Berfikir bahwa Tuhan tidak ada
Tapi . . .
Lagi . . .
Hati nuraniku berteriak keras mengingatkanku’
Betapa besar kuasa tuhan atas diriku
Betapa tidak adilnya diriku pada Tuhan
Dan betapa tak tahu dirinya aku
Yang tak pernah menyadari betapa sayangnya tuhan padaku
Aku berteriak di heningnya malam
Batinku menjerit,
Haitku sakit, saat mengingat semua kebaikan dan kasih sayangMu
Tuhan
Hukum aku,
Agar ku sadari semua kesalahanku
Agar aku sadar betapa tidak tahu dirinya aku
Karena sesungguhnya
Aku . . .
Aku tak ingin kau jauh dariku
Saat tiba waktunya untukku kembali padaMu
Melina H
Berkah Ramadhan

Tubuhku lemah tak berdaya
Mengingat segala dosa dahulu kala
Dosa yang semakin hari
Semakin menggunung tak terhitung
Bahkan dengan bangga aku melakukannya
Aku ini manusia hina
Tak pantas rasanya aku berpijak di bumi ini
Aku terlalu kotor
Tak pernah terucap nama-Mu dari mulutku
Tak pernah aku membasahi diri dengan air wudlu
Akankah . . . akankah Kau rela mengampuniku ?
Dosaku bagai hamparan debu
Ya Allah . . .
Dalam kegelapan engkau ketuk hatiku di bulan rahmat ini
Hingga aku mulai mencoba mendekati-Mu
Memohon ampun kepada-Mu
Mengharap setetes maaf dari-Mu
Mencoba membersihkan debu-debu dalam kulitku
Ya allah . . .
Cahaya-Mu menerangi gelapnya hari-hariku
Rahmat-Mu menunjukkanku kehidupan yang bermakna
Mengantarkan aku pada indahnya mendapat ridho-Mu
Naili Rahmawati






CINTA DAN ANUGRAH

Di kala bulan penuh berkah tiba
UmatNya menyambut dengan gembira
Berbondong-bondong untuk meraih ridho-Nya
Mereka dikelilingi oleh cinta-Mu
Berlomba-lomba untuk mengasihi sesama.

Disetiap doaku . . .
Setiap pintaku . . .
Setiap ibadahku . . .
Ku selalu menyebut nama-Mu
Ku inginkan anugrah dari-Mu
Di bulan yang penuh hikmah ini.
Reni Dwi Jayanti






Sebelum diri ini menghadap kepadanya
Berilah aku waktu untuk bertaubat kepadamu Ya Allah
Ya Allah aku hanyalah manusia yang lemah
Manusia yang hanya berpangku tangan
Manusia yang berlumur dosa
Manusia yang seharusnya tidak pantas hidup di dunia ini

Terangi hatiku dengan cahaya sucimu
Kirimkan malaikat-malaikatmu untuk senantiasa menjagaku
Di bulan yang suci aku ingin jiwa yang suci
Terimalah taubat dariku ini
Restu Dwi S






KESEJUKAN DALAM SENJA

Senja menggelayut pasrah
Mendung bergulung menebar risau merajam
Asap membubung, menebal bersama kepak serak kelelawar
Ditingkah bantingan kotak-kotak maksiat
Diiringi gemerincing undian nasib tak berkepastian
Lalu dibungkus teguk-teguk air kematian

Dara-dara taruhan berlenggok
Bertengger mesra di atas senyum laknat
Terbalut kepingan-kepingan dusta
Merana menahan sembilu tawa
Tiada arah menatap jernih bulan

Ah !
Aku ingin berlari melepas nyeri
Tenggelam aku dalam lumpur hitam
Hancur diri dirajam kepalsuan
Oh, raihlah jemari ini
Aku t’lah basah oleh isak

Sejuk menerpa, mengantarku menatap-Nya
Larutkanku dalam merdu kalimat-Nya
Senyum ini terus merekah
Dan aku lepas dari pedihnya luka
Reza G






Aagh . . .
Teriaknya . . .
Sakit !1!
Keluhnya . . .
Selalu begitu setiap saat
Kenapa aku ???
Apa salahku ???
Kau tidak adil Tuhanku !!1
Kau tega kepadaku !!!
Aku benci KAU !!!
Aaagh . . .
Erangnya lagi . . .
Istighfar anakku . . . istighfar
Inilah kamarmu . . .
Kau ingat kelakuanmu ???
Tuhan marah kepadamu . . .
Taubatlah anakku . . . segera . . .
Ampuni aku TUHAN . . .
Septiana,S.N.










TAUBAT

Aku ingin seperti merpati yang bersangkar surgawi
Tapi sayapku tak pantas untuk mengepakkan semua kerumah-Mu
Dan suara Adzan membuka pintu hatiku
Yang terkuknci karna dosa-dosaku slama ini
Dan aku tersentak dengan pujian-pujian keagungan nama-Mu

Ya Tuhan . . .
Aku akan bertaubat hidup di jalan-Mu
Dan menjauhi semua larangan-Mu
Dan menjalankan semua kewajiban-Mu
Maafkan aku ya Tuhan.
Siti Mukhafidhoh







MASAKU
Tuhan, Patahan malam ini
Kulangkahkan kaki perlahan
Kudongakan dan kulihat gambaran nyata
Betapa tangan ini penuh dengan kemurkaan
Betapa kaki ini melangkah dalam kesesatan
Betapa mata ini memandang kehinaan
Betapa telinga ini mendengar kebohongan

Ya Tuhan
Sekian lama raga ini berpijak di bumi-Mu
Sekian lama jiwa ini menginap di dunia – Mu
Tapi hatiku
Selalu jauh dari rahmat-Mu
Aku tak pernah bersyukur akan limpahan-Mu,
Ku lupakan Engkau semudah melupakan batu
Ya Tuhan
Hati ini begitu bangga dengan desah-desah dosa yang membalut
Pikiran ini selalu bahagia oleh gemerlap dunia yang berkabut
Raga ini , jiwa ini dan sukma ini
Selalu berselimut dengan gumpalan-gumpalan kegelapan
yang carut marut
Ya Tuhan
Tapi apa ????
Engkau begitu baiknya
Engkau alangkah Murahnya. . .
Kau biarkan kaki ini tetap melangkah pasti
Kau izinkan mata ini memandang
dan telinga ini tetap mendengar
Kau relakan raga dan jiwa ini tetap berpijak di bumi’
milik-Mu
Ya Allah,
Maafkan aku yang telah bodoh mengartikan kehidupan
Noda hitam yang begitu pekatnya
Di malam bulan suci ini,
Izinkan aku menerima percikan cahaya-Mu
Izinkan aku menata kehidupanku
Izinkan aku menjadi hamba-Mu
dan melafalkan nama-Mu
terbebas dari rantai ifrid yang membelenggu
menapaki jalan yang kau Ridhoi . . .
Sebelum malaikat maut datang meregang nyawaku
Stian T



















BERTAWAKALKU

Semua yang kualami adalah kehendakMu
Aku hanyalah setumpuk daging, tulang , darah, yang Kau kendalikan
Allahhu Akbar . . .
Tanpa kebesaranMu dan KuasaMu aku takkan bisa sepeerti ini
Terima kasih atas semua cinta dan kasih sayang yang kau berikan
Maafkan hambaMu ini atas semua dosa-dosa dan kesalahan
Semuanya kukembalikan kepadaMu . . .

Rasa cinta, suka, duka, benci, marah, kecewa
Aku tak kuasa
Hanya kepadaMu aku mendekat
Hanya kepadaMu aku berserah
Cintaku adalah CintaMu untukku
Terry







HIDUP

Ketika kumulai menapaki hari
Tak kusadar apa kan terjadi
Hari-hari nan suci datang menghampiri
Mulailah kutulis lembaran-lembaran baru

Kini ku mulai tahu
Apa arti hidup ini
Saat ku pergi kesana kemari
Tak ada tujuan yang kucari

Tapi dihari-hari ini
Orang-orang terkasihku
Mulai dekat dengnku
Ku tahu betapa pentingnya hidup ini

Saat bulan mulai menampak
Saat itu aku sadar
Saat itu aku tahu
Kehidupan yang sesungguhnya telah kujalani

Ummu arifah








DOA DAN HARAPAN

Lirikku semoga jadi doa
Tangisku semoga jadi rahmat
Perkenankan aku Ya allah . . .

Resahku semoga jadi jawaban
Deritaku semoga jadi kesabaran
Pelitaku semoga jadi impian
Kabulkan doaku Ya allah . . .

Doa’ku di setiap sujudku
Tlah menghadirkan cahaya
Meraih kepingan harapan
Tuk meraih ampunanmu Ya Allah . . .

Utia Mabruroh

KATA MAAF

Aku pun kini mulai teringat . . .
Betapa banyaknya dosa yang ku buat
Betapa banyaknya orang yang kusakiti
Tapi apa daya . . .
Aku hanya manusia biasa
Yang selalu membuat orang disekitarku kecewa
Maaf . . .
Itulah yang dikatakan pak ustad
Ketika mendengar ceramahnya
Dan tak ada yang terlambat
Kata-kata itu selalu terngiang di benakku
Kata itu juga yang menuntunku
Maaf . . .
Aku akan katakan kepada orang tuaku
Karena selama ini aku selalu membentak mereka
Oh . . . betapa kejamnya diriku
Aku tak pernah memikirkan jasa-jasa mereka
Hingga aku berani berbuat seperti itu
Tapi kini aku telah dewasa
Dan aku juga telah menyadari kesalahanku
Dan saat ini aku akan membuat orang tuaku bangga
Kata maaf . . .
Akan terucap lagi dari mulutku
Untuk orang yang kusakiti
Dengan setulus hatiku
Karena kata maaf . . .
Yang akan menjadi penerang hidupku . . .

Veti Kurnia
PESAN TERAKHIR EYANG

Saat hujan lebat di malam hari
Terdengar tangisan, air mata
Di lorong-lorong rumah sakit
Tangisan itu menetes dan menetes
Berharap adanya sebuah keajaiban
Semua terengut
Dalam suasana sedih, haru dan cemas
Malam itu semua keluarga berdoa kepada kristus
Meminta dan memohon
Namun , takdir berkata lain
Eyang pergi meninggalkan kita semua
Tetapi . . .
Sebelum Eyang pergi, eyang memberi amanat kepada keluarga kami
Apa itu ?
Keluarga kami diminta masuk ajaran Islam
Amanat yang membingungkan bagi keluarga kami
Apa maksud Eyang ?
Apa ini pencerahan dari Tuhan ?
Semua bingung, tapi hanya itu yang diamanatkan Eyang.
Semua harus dilakukan . . .
Karena itu pesan terakhir dari Eyang kami.
Wiwid.







AKU INGIN

Ketika diri merasa hina
Seakan tak ada artinya lagi
Diam, membisu, mulutku tak bisa berkata – kata
Apa yang tengah terjadi ?

Kulihat, daun-daun kering berguguran
Bunga ditaman, indah bermekaran
Sungguh, ingin sekali aku sepertinya
Mengganti jiwa lamaku yang telah lusuh termakan waktu
Bulan suci . . . bulan ramadhan
Berbondong-bondong umat muslim dunia datang menyambutnya
Ada asa yang kurasa, saat kudengar kata “Ramadhan”
Bergetar hatiku, detak jantungku kian cepat terdengar
Aku merasa kecil diantar orang-orang itu
Ingin sekali kujamah hati yang sudah lama mati
Kuhidupkan lagi, kusirami lagi dengan lantunan doa serta
Bersih dan segarnya air wudhu
Tuhanku . . . hidupkan kembali hati dan jiwaku
Terangi aku dengan cahaya sucimu
Aku ingin mendekatkan diri kepadamu
Sungguh . . . sangat ingin.

Yulfa R